Rabu, 20 April 2011

Perempuan Itu Bernama ...

1303223056103954166
Huuupppppppppppp… kutarik napasku dengan panjang untuk menghirup udara kebebasaan… haaaaaa

Lima tahun, bukanlah waktu yang singkat.
Hari-hari masa mudaku yang seharusnya kunikmati dengan senang-senang habis dengan seiringnya waktu masa hukumannku di dalam bilik jeruji besi di lembaga permasyarakatan. Waktu lima tahun muda ku kuisi dengan rutinitas yang membosankan, waktu lima tahunku tanpa karya. Aku bukanlah seorang Ariel yang bisa berkarya walupun fisik tetap ada di dalam jeruji besi, aku adalah aku bukan siapa-siapa.

Aku berpamitan kepada teman-teman senasib, kepada petugas-petugas dan tak lupa kepada Kalapas yang senantiasa selalu menjadi temanku dan menjadikannya sebagai teman diskusi yang baik.
“Kalau melihat kesalahan yang kamu lakukan, kamu tidaklah salah nak, kamu adalah seorang pahlawan, tetaplah menjadi dirimu” Nasehat yang bijak dari seorang Kalapas.
“Pahlawan” Pikirku

Apakah benar seorang pembunuh sepertiku bisa disebut pahlawan, padahal pembunuhan yang aku lakukan bukanlah dalam situasi yang benar, Negara tidak dalam keadaan perang dan sungguh lucu walaupun aku melakukan pembunuhan, faktanya banyak tetanggaku mencapku sebagai pahlawan, Aneh! Pikur ku adalah pembunuh ya seorang pembunuh.

Kaki melangkah keluara pintu gerbang, cahaya mentari pagi menyinari dengan hangatnya seolah-olah dengan bangganya menyambut hari kebebasanku, tampak seorang perempuan yang sambil tersenyum melambaikan tangannya, kulihat sekeliling hanya ada aku dan pastilah perempuan  itu melambaikan tangan ke arahku, ku tutupi mata dengan tangan berharap dapat melihat jelas sosok perempuan tersebut dari silaunya cahaya matahari yang menyilaukan mata.
Perempuan itu berjalan anggun kearah ku dengan percaya diri, kucoba untuk mereka-reka dalam ingatan usang ku tentang sosok ini, lamat-lamat teringat seseorang yang selama lima tahun ini selalu kuharapkan kehadirannya untuk menjenguk ku.

Ya dialah sosok yang selalu kuinginkan kedatangganya, dia adalah sahabatku dia adalah saudara yang kuanggap, hmm… lima tahun waktu yang cukup untuk membuat seseorang berubah, tampak semakin cantik dia sekarang. Persahabatan kami sudah lama sekali, kami saling menjaga kepercayaan rahasia tentang ku dia pasti tahu dan begitupun sebaliknya.
“Maaf Kak, baru sekarang kita bisa bertemu dengan, bukannya saya mau melupakak kakak, aku masih trauma dengan kejadian malam laknat itu” Ucapnya dengan raut muka sedih
“Yang terjadi biarlah terjadi, mari kita lupakan kejadian malam laknat itu” kataku dengan bijak.

Malam Laknat?

Lebih kurang lima setengah tahun yang lalu, sebenarnya hari itu adalah hari yang istimewa bagiku. Ya malam itu aku diberi kepercayaan oleh seniorku untuk menjadi pelatih beladiri yang aku geluti sejak usia dini, aku dipilh untuk melatih beladiri kepada anak-anak SMP almaterku. Sekitar satu jam waktu  telpon di dalam tasku berbunyi “break” sejenakkulihat telpon dari tante ibunya saudara angkatku, kuterima telpon dan tampak suara isak tangis dari ujung suara. Bergegas kuhentikan latihan dan segera kulaju kendaraan langsung ke rumah saudara angkatku.

“Kak…” hanya suara itu yang ku dengar dari mulutnya

Di malam laknat itu telah terjadi sesuatu yang sangat tidak terpuji, sangat hina yang telah menimpa saudaraku. Seorang pemabuk dan bromocorah yang terkenal dikampung ku telah melakukan perbuatan terkutuk terhadap saudaraku.

Dengan emosi di dada ku cari orang yang menyebabkan kejadian ini, ku cari dan terus ku cari hingga akhirnya kutemukan dengan genk-nya sedang asyik dan tertawa terbahak-bahak dengan bangga yang lamat-lamat kudengar cerita tentang perbuatannya sekitar tiga jam yang lalu terhadap saudaraku, tanpa basa-basi ku obrak-abrik tempat itu dan kuhajar si pemabuk dan teman-temanya yang coba membantu, hingga akhirnya kepalanya pecah setelah kubentukan berkali-kali ke lantai dan melihat itu teman-temannya lari tunggang langgang.

Aku terdiam…
Mulai banyak orang-orang yang datang, bukannya malah mengamankanku tetapi malah umpatan dan makian rasa senang warga yang melihat kondisi si pemabuk yang sekarat. Polisi pun datang dan mengamankan ku tanpa borgol di tangan.

Enam bulan kemudian palu putusan hakim memvonisku lima tahun penjara….

Selama sidang, tak tampak wajah saudara ku dan informasi yang kudapatkan bahwa saudara ku telah pergi ke singapura bersama keluarganya dan aku masih disini akan menjalani masa hukumanku. Sungguh aku tidak menyesal, aku tidak banding dan dalam harapanku semoga dia lekas sembuh dan dapat menghilangkan trauma kejadian malam laknat itu.

Ternyata waktu lima tahun dapat merubah penampilan seseorang….
Saudaraku yang awalnya laki-laki telah merubah dirinya menjadi sosok perempuan yang cantik dan anggun, walupun begitu dia adalah tetap saudaraku Herry F. meski dia telah berganti nama menjadi Mona Hernandez.
1303265244161357121
hiks..hiks..hiks… Maafkan saudara ku…. Ini hanyalah fiksi kenthir biasa wkkkkkkkkkkkkk

Salam Romanthir….

#Coretan oleh WePe dari Warung Pojok

0 komentar:

Posting Komentar