Kamis, 17 Februari 2011

(Kisah Nyata) Sejuta Kenangan Bersama Putri

12978798521658298726Rahasia dua hati, kini tinggal bayangan yang meninggalkan bekas gerimis senja menambah dinginya malam. Gerimis senja seperti inilah yang selalu membawa ingatanku pada seseorang, yang sekian tahun menjadi pasangan hati. Bayangan hidup dari kenyataan yang telah terlewati serasa tak pernah hilang dari ingatan. Bersamanya setiap detik kulalui dengan damai. 

Putri….! Nama yang selalu terpatri di hati. Seorang dara yang nyaris sempurna, putri yang tinggal di pulau cinta. Pada umumnya pendatang ke suatu daerah, kalau dia seorang perempuan, dialah yang menjadi putri di tempat itu. Sebaliknya kalau seorang pria yang berkunjung, maka dialah yang menjadi pangeran. Untuk kali ini akulah yang terpilih jadi pangeran, dari sekian pangeran-pangeran yang datang ke pulau itu. 

Kisah sekian tahun itu kembali mengusik untaian syaraf memory di kepala. Memory manis yang tak ingin kuingat lagi, kini hadir setelah sekian tahun telah berhasil kulenyapkan. Belakangan ini Putri seakan hadir pada setiap gerimis senja. 

Terkenang lagi saat-saat indah dengannya, mencairkan segala kebekuan dan rahasia yang terpendam lama. Kata-katanya lembut dan sejuk menghibur, saat kurenung menatap langit biru. Impian sebuah mimpi keluar dari hati yang ikhlas, ketika dia menerima jalinan kasih. Empat tahun lima bulan, bukan waktu yang singkat untuk sebuah kisah.
Riak ombak dan kerlip lampu nelayan menemani kami setiap malam. Indahnya malam pesisir telah menjadi saksi tawa dan canda. Setiap malam bercengkrama di atas liarnya pikiran yang berakhir dengan kecupan manja. Tak pernah ada yang merasa tersakiti, karena asmara tertata begitu rapi tanpa cela. Asmara dua insan yang tak pernah menghadirkan kesedihan, namun terbingkai oleh harapan dan adab, menunggu ruang dan waktu menuju zona kenyamanan. Tak ada kehampaan, hanya kerinduan yang tanpa batas jika kami akan berpisah. 

Letihku berjuang merenda mimpi agar kenyataan seindah harapan. Ternyata akal pikiran mampu mengatur hati manusia, sekuat apapun kita mempertahankannya. Putri luruh dalam bujukan orang tua yang telah menabur ranjau cinta, agar mengganti rasa di hatinya yang telah lama kami jaga. Harapanku telah menjauh dalam dekapan pangeran lain. Hanya kata “maaf” yang sempat dititipkannya padaku. Jiwa ini pun larut bersama takdir setelah Putri berlalu. 

Semuanya kuasa Ilahi, dan aku berserah pada takdir. Tinggalah jiwa yang menanggung pilu, dalam kepasrahan yang merindu. Alur hidup yang tak tertebak sebelumnya sungguh tak menyenangkan. Keindahan masa lalu memang hanya untuk dikenang, bukan untuk diingat. Namun rasa kehilangan tak terhingga antara pikiran dan kenangan itu, justru membuatku merasa memilikinya. Rasa itu selalu terjaga dan hati selalu berkata “Rasa Ini Takkan Pernah Terganti”.