Sabtu, 16 April 2011

Menikahlah untuk Lebih Baik


1302888022867036358

Menikah? Hmm, Pikir-pikir dulu deh…

Kebebasan terkekang, belum mapan, pengen senang-senang dulu, banyak alasan yang bisa disebutkan untuk menghindari pernikahan.
“Pokoknya tahun depan kita harus nikah! kalo nggak silakan mas cari yang lain aja, aku butuh kepastian”

Alasan yang klise keluar “Belum mapan dan siap”, berdiskusi dengan seorang teman yang lebih senior terhadap ajakan untuk menikah mendapatkan pencerahan yang menimbulkan keyakinan yang mantap untuk menikah. Nasehat sederhana, tapi sangat dalam maknanya.
“Mas, sekarang usianya berapa?”
“Masih muda Mas, 26 Tahun”
“Mas, laki-laki kalo ditanya siap nggak siap untuk menikah, usia berapa pun pasti nggak siap. Jujur saya juga sama seperti Mas, diajak menikah juga tapi saya modal nekat aja, siap gak siap harus siap dan Alhamdulillah dengan menikah saya merasa rezeki saya bertambah”
“Sekarang saya bisa punya rumah walaupun kecil dan masih nyicil, mungkin saya kalau masih bujangan penghasilan saya akan habis gak jelas buat apa aja”
“Deg” Dalem banget dan benar penghasilan saya setiap bulannya selalu habis gak jelas yang kalau dinalar dengan penghasilan yang lumayan untuk seorang bujangan pasti bisa nabunglah, tapi kenyataan tabungan tidak pernah bertambah malahan tabungan yang sudah ada terpakai.

Waktu satu tahun dan merubah gaya hidup boros menjadi irit, untuk mengumpulkan modal buat biaya nikah. Alhamdulillah dalam waktu singkat tersebut bisa terkumpulkan biaya untuk melangsungkan acara pernikahan yang sederhana walaupun masih mendapat sumbangan dari sanak family. *catet : inilah rezeki pertama dari niat yang baik untuk menikah

Setelah menikah inilah yang dirasakan :

Penghasilan Bulanan Bertambah

Logikanya pendapatan yang semulanya satu sekarang menjadi dua, ini contoh sederhannya dengan menggabungkan penghasilan yang ada otomatis nilai yang ada semakin besar apabila istri juga berpenghasilan, jika istri tidak berpenghasilan tentu secara pengeluaran juga tidak masalah karena biaya hidup ditanggung bersama dan sesungguhnya sama dengan posisi ketika masih bujangan.

Dan setelah kita menikah, sebagai kepala rumah tangga kita pasti mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga kita dan ini sebagai motivasi baru atau semangat dalam bekerja dan pastinya kita akan berusaha bagaimana untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar, walaupun harus menjadi seorang “kutu loncat” pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya dengan pemikiran umum pasti perusahaan baru akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari perusahaan sebelumnya entah Gaji ataupun posisi yang secara otomatis dengan bayaran yang sesuai untuk posisi yang kita pegang, syukur-syukur perusahaan ini menjadi tempat yang nyaman juga untuk bekerja selamanya bagi seorang “kuli”.

Untuk yang berjiwa entrepreneur pastinya juga berpikir yang sama, tetapi dengan usaha yang dia kerjakan.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya kemungkinan besar akan bisa kita capai dan terpenuhi, seperti mau beli rumah, mobil, dan sebagainya.

Hidup Lebih Teratur 

Tanpa kita sadari, sesungguhnya manusia itu orang yang malas? Kita ingin segala sesuatunya menjadi mudah maka oleh orang-orang yang jenius diciptakanlah sesuatu yang memenuhi atau menunjang kita untuk malas. Dengan adanya pasangan yang sehari-harinya tinggal bersama, maka lama-kelamaan pasti akan tahu kekurangan dan kelebihan masing-masing dari pasangan disinilah letak keindahan hidup berumah tangga, saling mengisi dan melengkapi untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih teratur dan terciptalah harmoni.


Mau Bercinta? Gak Perlu Pusing
Istililah lainnya adalah sex aman dengan menikah untuk urusan sex tidak perlu pusing, karena kita menikah sesungguhnya sudah satu paket dengan yang satu ini, jadi dimana pun, bagaimana pun dan kapan pun kita bisa melakukannya tanpa khawatir akan terjadinya penyakit kelamin (bagi yang gak pernah jajan ya), karena kita hanya punya satu tempat yang digunakan sebagaimana mestinya.

Mendapatkan [mungkin] Kesempurnaan Hidup

Rezeki yang tak ternilai adalah keturunan (anak), seseorang dapat dianggap sempurna dengan telah mempunyai keturunan, bukannya mendeskreditkan seseorang yang tidak punya anak tapi inilah yang saya dengar dari teman, tetangga yang sudah bertahun-tahun menikah tapi belum mempunyai keturunan menganggap dirinya belum sempurna walaupun secara materi untuk ukurannya lebih dari cukup.
—–
Jadi Kawan…
Bagaimana dengan anda?

Semua dikembalikan ke pribadi anda masing-masing, jujur penulis gak akan memaksa anda untuk segera menikah. Karena pernikahan adalah sebuah prinsip hidup setiap pribadi.

Pertanyaan terakhir. Kapan?

#Coretan oleh Wawan P dari Pojok Warung..
Ills. Abah Google

0 komentar:

Posting Komentar