Jumat, 08 April 2011

Detak dalam Detik

13022503391528115011
Detak dalam detik tak mampu mengisahkan siapa aku. Aku hadir di antara prosesi cinta yang kaya akan rasa. Aku hanyalah pesona ajaib yang muncul dari relung-relung hasrat, berteman kenangan, bercadar canda dan sabar. Aku tak mengharapkan perasaan iba, hanya kebebasan mimpi, bersayap jiwa yang tak mampu melerai dahaga.
.
Detak dalam detik, adalah tembang lagu keabadian yang merejam kalbu. Lekuk liku wajah kehidupan yang rindu akan sentuhan rasa. Hasrat yang bergetar tanpa tujuan, dan bahasa jiwa yang laksana pantai mendendangkan riak gelombang. Terbawa oleh gelombang pasang dan terhanyut kembali oleh gelombang surut.
.
Detak dalam detik, adalah ratapan genta waktu yang melekat pada sayap-sayap jiwa. Sekedar mengharap tetes-tetes embun yang tersisa di musim dingin. Embun pun berkata: “seribu tahun yang akan datang aku tetap embun, meskipun aku hanya selubung tipis persembahan kabut”. Penawar laparnya jiwa dalam kesunyian, sebelum jiwa berpamit pada raga.
.
Detak dalam detik, hanyalah syair yang takkan mencair dalam melodi. Hanyalah keheningan yang lebih dalam dari keheningan abadi. Detak dalam detik selalu hadir bagai prahara, menerbangkan dedaunan di musim gugur, memetik wangi pada kembang perdu.
.
Detak dalam detik, adalah pengharapan pada pertemuan dan perpisahan, yang jaraknya sama. Ketika air pasang menghapus jejak di pantai jiwa, masih kuharap “asa berbunga sua” tanpa bantuan musim, yang hanya bisa dipetik pada kehidupan ketiga. Hakikat kebenaran yang memang tak pernah terucap sebelumnya. Lara yang tak terlipur di tanah rantau tertimbun salju, dan takkan pernah muncul pada musim semi berikutnya.

0 komentar:

Posting Komentar