Kamis, 31 Maret 2011

Tetap Pacaran Walau Telah Menikah….by HF

13015055231337087037Konsep pernikahan bagi masyarakat modern saat ini, disadari ataupun tidak telah mengalami degradasi nilai baik dari segi kesakralan maupun dalam hal lainnya secara umum. Ada dua hal pokok yang mempengaruhi nilai dari suatu pernikahan bagi para pria dan wanita saat ini yaitu sebagian dari mereka menganggap pernikahan hanyalah mengenai status semata dan sebagian lagi beranggapan pernikahan hanyalah pelegalan pembagian tanggung jawab antara seorang pria dan wanita yang mengikat diri dalam institusi yang bernama rumah tangga.

Dibantah ataupun tidak, disekeliling kita khususnya yang berdomisili di kota-kota besar dengan tingkat pendidikan cukup tinggi, pada saat ini banyak yang memiliki pemikiran skeptis tentang konsep pernikahan, perhatikan saja berapa banyak pasangan-pasangan serumah tapi tak menikah, pasangan-pasangan yang sama-sama berbagi tanggung-jawab dan komitmen tapi tetap tak menikah, bahkan ada publik figur yang menjalani hidup berpasangan dalam institusi ilegal yang bernama “kumpul kebo”. 

Dilihat dari sudut pandang agama pernikahan atau berkeluarga adalah konsep yang ridhai Tuhan bagi manusia agar dapat menikmati kesejahteraan dan ketenangan baik lahir mau pun bathin, karena manusia sebagai mahluk sosial sekaligus mahluk seksual membutuhkan pasangan dalam menjalani hidup di dunia. Tapi apa lacur, konsep standard agama ini dalam prakteknya kadang kala dijalankan oleh para pasangan dengan terlalu kaku serta bergeser jauh dari konsep kasih sayang, saling mendukung dan kerjasama yang baik antara suami dan istri dalam menjalankan bahtera rumah tangganya.

Saya secara pribadi penyetuju Paham bahwa dalam sebuah rumah tangga Suami adalah “Imam alias Pemimpin” dalam rangka mencapai kebahagiaan dan harapan mulia yang telah dijanjikan oleh nilai-nilai agama diatas yakni kesejahteraan dan ketenangan baik lahir maupun bathin, mawahdah warahmah bagi yang menjalankan salah satu sunah nabi ini.

Walau pun saya Penyetuju paham tersebut, namun dalam prakteknya saya lebih menyetujui anti kekakuan dalam menjalankan peran dan tanggung-jawab yang diemban oleh suami atau istri, dengan tetap berpijak serta menjaga nilai-nilai kasih dan sayang, seperti ketika belum menjadi pasangan suami istri atau tetaplah menjalani kehidupan berumah tangga layaknya ketika masih dalam masa-masa berpacaran. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah Paham baru dalam hal hubungan suami dan istri, yaitu :
“Tetap Pacaran Walau Telah Menikah”

#1.Ingat ketika pacaran, hari Sabtu tiba kantong bokek alias tipis setepos pantat hombreng kurang gizi, jadwal ke bioskop tiap sabtu bisa gagal, kalau gagal bakalan satu minggu terasa ada sensai yang hilang karena tidak menikmati ciuman hot plus berlendir. Tapi untung dia pengertian dan daku terbuka, jadi masalah terpecahkan … dirinya dengan suka cita yang traktir beli tiket, dua kaleng minuman, sebatang coklat plus permen menthol… hahahahaha… Asoiiiii (sesekali bolehlah, kalau keterusan bisa-bisa mukaku sebagai lelaki harus ditaruh dibawah bokong gorilla wkwkwkkwk). 

Nah…. Begitu pun ketika komit untuk menikah dan berkeluarga adalah sangat baik tidak melupakan situasi diatas, ketika rasa pengertian dan terbuka dengan pasangan dalam hal tanggung-jawab memberikan nafkah baik lahir maupun batin dapat disikapi dengan terbuka oleh keduanya. Dalam hal ini seorang suami tidak boleh menutupi berapa besar pendapatan yang diperoleh dan dihasilkannya pada sang Istri (walau pun sang istri tidak pernah menanyakan sekalipun). Disisi lain sang istri yang pengertian tentunya dapat menerima hasil jerih payah sang suami dengan penuh syukur, seandainya pun sang istri kebetulan berkarier, maka tidak menjadi persoalan jika sang istri menyisihkan pendapatan se-ikhlasnya, karena toh ini rumah tangganya sendiri. 

Namun begitu seorang Pria yang baik harus paham aturan main bahwa “Penghasilannya adalah untuk keluarga sepenuhnya, sedang Penghasilan Istrinya adalah milik sang Istri sendiri, namun jika sang istri menyisihkan untuk rumah tangga itu karena keikhlasan semata, sehingga bukan berarti sang Pria dapat mengklaim dan memaksa istrinya untuk mencurahkan seluruh penghasilannya untuk keluarga”. 



1301504466346140968
~ Mas Beo… Salah Satu yang Memahami Konsep ini ~
#2.Waktu pacaran seminggu tiga kali ngedate kerumah si Dia, Selasa malam, Kamis malam dan Sabtu malam. Ngedate biasanya keluar keliling-keliling ngukurin jalan, nongkrong dipojok-pojok romantis, bisa belai-belaian sambil cap-cusan, tapi yang paling asoiii kalau dirumah si Dia lagi nggak ada orang lain selain diriku dan dirinya… ehm, ngerayu dan dirayu sambil pegang-pegangan tangan tanpa harus takut kedengaran orang lainnya wualalah, dunia serasa milik berdua yang lain ngekost gratis deh….

Nah… ketika telah menjadi suami istri pun konsep berpacaran diatas wajib untuk dilestarikan, usahakan tetap romantis, merayu dan dirayu masih harus tetep diberikan, pegangan tangan ditingkatkan menjadi pegangan wilayah body lainnya, karena udah bebas, level asmara masuk pada level Full Sex terjadwal minimal 3 kali seminggu plus Full Sex Conditional…. Tapi ingat kadang kala model bercinta deg-deg ser… seperti ciuman dan rabaan-rabaan di tempat yang lagi ada orangnya, dengan cara kiss and run atau touch her bokong then run, masih sedep dilakukan dan dijamin akan makin menambah kemesraan dalam hubungan suami istri, sensasinya sama ketika bercium diruang tamu ketika ngedate atau berciuman mesra ketika di bioskop.

#3.Antar jemput pacar ketika dalam masa pacaran adalah salah satu tanggung-jawab seorang pria, kalau nggak punya Boil, bisa pake sepeda motor minimal roda 2, kalau nggak punya juga silakan pakai sepeda, kalau tetap nggak punya juga naik angkot plus modal kaki kiri dan kanan oke juga… intinya perhatian, rasa memiliki, menjaga si Dia adalah yang utama, bukan menggunakan apa dan bagaimana caranya.
~ Wepe & Sang Istri…. Mereka Bahagia ~
Begitu pun ketika telah menjadi suami istri, setidaknya suami bisa senantiasa mengantar sang istri dalam setiap kegiatannya, berangkat kerja, ke kondangan, acara keluarga bahkan shopping pun masih harus tetap dan wajib dilaksanakan oleh seorang suami, walaupun dikemudian hari masing-masing pihak sudah punya kendaraan masing-masing, selain untuk berangkat kerja ada baik, seorang suami masih rajin nganterin istrinya ke mall, ke arisan atau sekedar belanja bulanan, persis kayak masih pacaran ketika dimintain tolong oleh si Dia untuk membeli pembalut wkwkwkwkwkwkwk.

13015057451923229226#4.Yang terakhir dan paling penting sebenarnya adalah merubah sudut pandang akan pemahaman tentang konsep tanggung-jawab dalam menikah yang selama puluhan bahkan ratusan tahun terasa kaku dan kental dengan pembagian yang berat sebelah diantara keduanya menjadi sebuah konsep tanggung-jawab berbagi. Namun demikian saya tetap berpikiran suami adalah seorang “Pemimpin” dalam keluarga, tapi seorang suami harus belajar menempatkan diri kapan dia harus menjadi Pemimpin dan kapan harus menanggalkan jubah kepemimpinannya, dan kembali menjadi seorang pacar yang hanya berlandaskan kasih sayang semata…. Begitupun dengan seorang istri harus pandai menempatkan posisi sebagai “Pendamping” sang Pemimpin dan kapan harus kembali menjadi kekasih yang dicintai prianya.


13015051019665388
~ Shakira Sibuk Konser…. sampe lupa masak nasi 
~
Contohnya : pada suatu keluarga yang tidak memiliki pembantu rumah tangga, tidaklah menjadi hina seorang suami menyapu rumahnya agar bersih, memandikan anaknya, menyuapi anaknya, membantu memotong-motong bumbu masakan, bahkan tidaklah menjadi hina seorang suami membantu istrinya mencuci pakaian, ketika sang istri pada posisi memerlukan bantuan, mungkin dikarenakan lelah, sakit atau lagi nggak mood. Namun demikian seorang istri harus menyadari bahwa kerendahan hati sang suami membantu dengan dasar kasih sayang tersebut tidak melenakan dan dimanfaatkan. Dan disisi lain seorang istri yang dalam kariernya memiliki pendapatan lebih besar dari sang suami harus menyadari bahwa setinggi apa pun jabatan dalam kariernya, tidak serta merta membenarkan dirinya merasa lebih tinggi dari sang suami di dalam bahtera rumah tangga.

Intinya…. Bagi yang berniat untuk menikah mulailah merubah pola pikir dan sudut pandang “lama” tentang pembagian tugas dan tanggung jawab dalam sebuah keluarga. Dan jangan jadikan sebuah pernikahan awal dari suatu pembenaran memberatkan salah satu pihak baik istri maupun suami dalam hal tanggung-jawab. Jangan pernah merubah situasi ketika masa-masa pacaran yang begitu menyenangkan dan membahagiakan menjadi situasi kaku dalam kukungan pola pikir lama. Jadi tetap pertahankan rasa cinta, sayang dan rindu ketika berpacaran, jangan alay dan ikut-ikutan latah menjadi berubah hanya karena status masing-masing pribadi telah berubah, karena ketika terbawa arus ini maka pada akhirnya akan menciptakan pribadi-pribadi baru yang seakan asing satu sama lain.

Well done, kedengarannya sok tahu tapi itulah konsep yang ku usung dengan istriku yang baik dan pengertian “Shakira” …. Ini photo kami 3 tahun lalu saat bulan madu di Kolombia. 
1301504563694472376
~ HF & Shakira ~~ HF & Shakira ~

“Perhatian” : Jangan terlalu serius dalam membaca artikel ini, karena yang nulis artikel ini, tidak pakai resep obat yang serius pula…… hahahahaha.
FK Nitip salam bibir kenthir… croott… croottt… wkwkwkkwkwkwk
13015046241140492114
Ilustrasi dari uncle google

0 komentar:

Posting Komentar