Selasa, 29 Maret 2011

Sepenggal Kisah Cinta yang Terkoyak

arusnya aku marah dengan kenyataan yang baru saja terpapar di hadapanku. Selma, perempuan yang aku cintai dengan sepenuh jiwa, memberikan pengakuan yang sangat menyakitkan hati. Bagai tersambar petir nan menggelegar, aku terkapar dan sedih tak berdaya. Ternyata selama ini Selma juga menyimpan sepotong hati yang lain, yang juga mencintainya sama seperti diriku,
“Aku harap kau memaafkan aku” kata Selma memecahkan keheningan diantara kami. Suaranya ringan, aku menatap wajahnya dan memastikan kalau dia tidak merasa bersalah telah membuat aku terluka. dan aku hanya bisa terdiam. Aku tak tahu harus bagaimana tuk mengungkapkan kegalauan hatiku ini.
“Raga…” panggilan itu masih lembut, seperti biasanya. Tapi kali terasa menusuk di kalbu. Aku mendongakkan kepala, kutatap wajah manis yang telah membuat aku terperangkap cintanya.
“Selma… biarkan aku sendiri” parau suaraku, dan hanya itu kata yang mampu aku ucapkan. Aku tahu, seketika ada rasa kekhawatiran di raut wajahnya. Tapi gadis itupun berlalu. tak ada kata - kata indah, tak ada senyuman, dan tak ada rasa yang membuat aku ingin dia berbalik hanya sekedar memeluk diriku.
Pagi ini aku sengaja berangkat kuliah agak awal, aku ingin menemui Selma. Sudah lima hari berlalu sejak dia membuat pengakuan yang meruntuhkan dinding rindu yang sengaja aku buat kokoh untuk menjaga ruang cintaku untuknya. Dari semalam aku sudah menyiapkan kata - kata apa yang akan aku ungkapkan kepadanya. Aku telah bertekad bahwa kisah asmaraku dengan Selma harus segera di selesaikan walau dengan kemungkinan terburuk sekalipun. Semalam aku sudah mengirimkan pesan via SMS, bahwa aku ingin bertemu pagi ini di kantin kampus. Dan Selma rupanya bersedia.
Sampai di kantin, ternyata Selma sudah menunggu dengan di temani secangkir  teh dan beberapa potong kue. Aku segera mengambil tempat duduk tepat di depan dia. Selma tersenyum,masih menyejukkan hatiku. Ah…   Selma pun memesan lagi secangkir teh panas buatku.
“Hallo, gimana kabarmu” sapaku terdengar parau,entah kenapa.
“Ada bae - bae ?” jawab Selma ringan, sambil menatap tajam ke arahku. “Sekarang katakan apa yang hendak kau sampaikan Raga, waktu kita terbatas”
pinta Selma kemudian.
“Yah … perjalanan cinta kita telah jauh, dan kini aku di hadapkan pada satu kenyataan yang menyakitkan ini”  serasa  berkurang beban batinku, walau sedikit. “tapi aku akui aku masih sangat mencintaimu” ku tatap wajahnya, Selma tertunduk, aku lihat ada air mata perlahan mengaliri pipi halusnya.
“Jadi sekarang apa yang akan kau minta dariku Raga”ucapnya menahan  isak tangis .
“Sebelumnya maafkan aku bila kata - kataku kurang berkenan di hatimu, aku ingin tahu keputusanmu saat ini… tentang hubungan kita. Akankah kau meneruskan hubungan ini atau kita sudahi? ” terangku sambil menahan kesedihan yang dalam.
Hening , hanya desah nafas kami berdua yang terdengar memburu. Sekuat hati aku menuggu jawaban dari Selma. Dan apapun pernyataan dari dia kali ini aku berusaha untuk menerima dengan kelapangan dada.
“Raga….” wajahnya tetap tertunduk, dan aku semakin tersayat. “Selama beberapa hari ini sengaja aku tidak meghubungimu, karena aku juga memikirkan kemungkinan ini. Kau pasti akan bertanya padaku tentang hal ini” paparnya. “Dan aku sudah mengambil satu keputusan yang mungkn buat kamu terasa berat”
Oh Tuhan, kenapa jantungku berdegup keras kala ku dengar kalimat Selam terakhir itu, yang menyiratkan kalau dia akan meninggalkan aku. “Beri aku kekuatan Tuhan”. pintaku dalam hati.
“Raga, aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku telah membuat hatimu terluka” isaknya mulai terdengar menyayat hati. “Tapi aku berharap perpisahan kita tidak menjadikan kita berdiri dan bertatap muka sebagai dua orang yang bermusuhan. Kita tetap berkawan, kau adalah kakakku.”jelas Selma dengan gamblang. Mungkin dia telah bersiap dengan pernyatan itu, hingga dia begitu lancar berucap. “Aku telah memutuskan akan mendampingi dia, karena aku merasa dia lebih membutuhkan aku. Kau adalah pria tegar, aku percaya kau bisa lewati hari - hari tanpa aku”.
Kata - kata Selma sebenarnya sudah aku prediksikan semula, tapi tak urung membuat aku terkejut juga
“Ok Selma, makasih atas penjelasanmu. Dan aku juga minta maaf bila selama ini aku  telah membuat salah padamu. Mulai detik ini kita berkawan” ku salami tangannya.  Ah ada kerinduan yang hadir di saat seperti ini, tapi kembali aku harus menepiskan perasaan ini.  Selma telah memilih, dan pilihan Selma itu bukan aku. Walau sakit hati, tapi aku laki - laki,aku harus menerima semua ini. Aku pun pamit, berlalu dari hadapan Selma.
Meski terasa pedih, tapi beban berat yang mengganjal di hati selama beberapa hari ini telah hilang bersama hembusan angin di pagi ini. Entah mengapa langkah kakiku juga terasa ringan menapaki lorong - lorong menuju ruang kampus. Kini aku harus mulai membiasakan diri untuk tidak merindukan Selma, untuk tidak berharap Selma membangunkan tidurku dengan SMS paginya dan untuk tidak mengharap cintanya kembali. Cerita cinta dengan Selma harus aku tutup agar tiada lagi kemuraman temani hari - hariku.
Selma, cinta darimu memang terindah ……….  tapi kita memang harus berpisah. AKu harap masih ada tempat di hatimu untuk menyimpan namaku, seperti aku juga menyimpan namamu di kisi - kisi hatiku walau luka yang kau torehkan demikian dalam.
Temanggung,29 mei 2010

0 komentar:

Posting Komentar