Rabu, 16 Maret 2011

Rindu [1/2] Mati

13001767311078138153

“Bos, Po Kbr? Kemano beh ?”
“Baek, Genk! Ai..Mano galo budak-budak neh?”
“Ceritonyo panjang bos, kalo nanyoi budak-budak.”
“Cak mano ceritonya, biso panjang mak tu?’
“A, lagi ado di Ban***, nglarike diri dari polisi, abes nujah si O”
“T, Dah mati… ditujah wong daerah *******”
“J, Masih di sel…..”

Itu sekilas cerita singkat ku bertemu dengan teman main sewaktu di Kampung, hampir 8 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2003. Kunjungan ku terakhir untuk menghadiri Pesta Perkawinan adik perempuanku di Kampung Halaman.

Teman-teman main, yang dulu sering main sepak bola, nongkrong, nyanyi, ngrokok, mab**, nyime*** , ju** . Ntah kemana, yang tersisa disana hanyalah kenangan-kenangan masa kecilku.

Tahun 1994 setelah menyelesaikan SMP, kutinggalkan kota kelahiran ku menuju salah satu kota yang terkenal dingin di Propinsi Jawa Timur, aku masih ingat ucapan bapak
“kalo kau mau sekolah dan dibiayai, jangan sekolah di *********”

Bukannya mendeskriditkan sekolah di kampungku, bapakku punya maksud tertentu yang baru ku pahami setelah aku lulus kuliah, mungkin bapak melihat kelakuan dan tingkah polaku pada waktu itu, dan tidak diharapkan menjadi salah satu dari teman-teman ku di atas.
Kenakalan ku dimulai sejak aku duduk di kelas 5 SD, aku sudah jadi perokok aktif di usia itu untuk urusan biaya membeli rokok, ga ada masalah setiap hari aku di beri uang saku Rp. 1.000 dan harga rokok yang ku hisap pada tahun itu masih Rp. 550.

Keluarga ku termasuk orang yang dituakan di keluarga besar (garis dari kakek) dan ayahku adalah salah satu “kuli” di BUMN nasional yang dulu berlambang Sepasang Kuda Laut, kiri cowok dan kanan cewek hehehehe…nglantur dan ibuku membuka toko perlengkapan kebutuhan harian.

Walaupun usiaku masih muda namun teman-teman nonkrong ku usianya lima sampai sepuluh tahun lebih tua, dari yang pengangguran, putus sekolah, dan preman kampung, mungkin pada saat itu aku dimanfaatkan oleh mereka untuk membiayai kegiatan nongkrong, bisa jadi. Suka dukanya bergabung dengan mereka ini, pada saat itu kupikir lebih banyak enaknya kegiatan remaja aku pasti selalu diikutsertakan beda dengan teman-teman seumurku yang tidak bergabung dianggap masih anak kecil dan pernah aku berkelahi dengan teman sekolah aku kalah jumlah, dengan solidaritas yang tinggi, 3 orang datang ke sekolah untuk membalaskan dendam, melihat teman-teman kampungku datang membikin keder teman sekolah, dan sejak itu tiada pernah yang berani mengganggu ku hehehe…

Hampir 8 tahun aku belum kembali menemui orang tua, berkunjung ke pusara kakek, bertemu teman-teman yang masih tersisa, jujur aku tidak begitu ngerti kampung halamanku yang ku tinggalkan dulu, aku lebih tahu daerah Dingin di Propinsi Jawa Timur…

Tapi aku tetap bangga, aku selalu mengakui dan merasa sebagai orang daerah kampung halaman ku tempat ari-ari dan teriakan pertama ku di dunia….

Bapak… Terima kasih….
Aku sudah nggak mabuk-mabukan lagi
Aku sudah nggak Judi lagi
Aku sudah ngagk Nyim*** lagi, tapi ngerokok masih jalan…
Semuanya…
Kurindu…Rindu ½ Mati….

#Coretan-coretan oleh Wawan P dari Pojok Warung

0 komentar:

Posting Komentar