Kamis, 09 Juni 2011

Aku Disini [Masih] Menunggu Mu

Orientasi Study Pengenalan Kampus (OSPEK) istilah kuno, tapi tidak dimasa itu.  Awal mula sebelum terjun langsung ke dalam aktivitas kegiatan kampus kami sebagai mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti kegiatan itu selama satu minggu.  Dan dari sanalah tercipta persahabatan yang satu hati, satu jiwa dan cinta..

Aku, Dika, dan Nita adalah satu group dari bagian kelompok besar dimana selama mengikuti kegiatan OSPEK ini kami harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh panitia. Motto OSPEK kami dulu adalah All for One, One for All (hehehe.. kayak film three musketeers), padahal maksudnya jika ada anggota regu yang melakukan kesalahan otomatis semua anggota menikmati hukuman yang diberikan, dan begitu pun sebaliknya jika kami mendapatkan reward harus dibagi bersama (konkritnya, kami dapat mineral water satu botol harus digunakan bersama-sama wkkkkkkkkkk parah).
Sesungguhnya kami bukanlah mahasiswa dengan jurusan yang sama, Dika menentukan pilihanannya di Teknik Mesin, Nita lebih tertarik dengan Teknik Industri dan Saya sendiri bermin-main dengan Teknik Kimia di salah satu Institut Teknik di Malang, kenangan yang berkesan…
Selesai mengikuti kegiatan itu persahabatan kami masih tetap berlanjut walaupun kami berbeda jurusan, tetapi pertemanan dan persahabatan di luar aktivitas akademis selalu kami lewatkan bersama.

Tentang kami, Dika adalah pemuda yang secara fisik termasuk tampan dengan kulitnya yang putih walaupun tidak putih banget juga merupakan putera salah satu putra seseorang yang memiliki posisi penting di salah satu perusahaan Oil & Gas di Kalimantan Timur Dan secara materi,  kebutuhannya selama jauh dari orang tua pastinya dengan mudah bisa terpenuhi dengan kata lain anak orang tajir.

Nita seorang gadis cantik, periang, supel dan semangat yang dimilikinya itu pastinya akan membuat lelaki  selalu meliriknya, adalah anak pertama dari dua bersaudara dari sepasang PNS di wilayah kabupaten Malang tepatnya di Kota Lawang.

Dan aku hmmm…

bukanlah siapa-siapa, aku hanyalah seorang anak muda yang mencoba hidup jauh dari lingkungan ku yang keras dan “terbelakang”.

Hari berganti bulan berganti tahun, pertemanan dan persahabatan kami semakin mengasyikan, menghabiskan waktu senggang dan liburan selalu kami lakukan bersama mulai dari hang out di café, nonton di bioskop hingga melakukan perjalanan-perjalanan ke tempat-tempat wisata pun sering kami lakukan dan untuk urusan dana tentunya gak perlu dipertanyakan lagi, kami mempunyai bank berjalan. Dan hingga akhirnya dari hati ku ini mulai timbul bunga-bunga cinta kepada Nita.
“Nita, aku mau ngomong serius neh, sebenarnya aku sudah jatuh cinta ke kamu Nit” langsung kutembakan hasrat di hatiku kepada Nita - karena ku tahu Nita tidak suka dengan sesuatu yang basa-basi -  disaat aku mendapatkan kesempatan berdua saja dengannya. Kulihat Nita terdiam dengan menarik nafas dalam.
Nita pun menjawab pertanyaan ku “Pe, maaf sekali, sebenarnya hati ini sudah aku berikan kepada orang lain Pe, orang yang sangat kita kenal dengan baik”,
“Maksudnya kamu udah jadian dengan Dika?” langsung aku memotong penjelasannya
“Benar Pe sudah lima bulan yang lalu, Maaf aku dan Dika tidak menceritakan ini kepada mu” jelas Nita
“Oh… It’s ok,  gak masalah aku ikhlas kok kalo emang kamu jadian sama Dika, karena aku tahu siapa Dika” kucoba menangkan perasaan walaupun memang hati ini sedih, tetapi kalau Dika yang dijadikan pilihan Nita, jujur aku rela.
Semenjak obrolan itu, dan mungkin Nita juga telah menceritakan ke Dika hubungan mereka tambah semakin mesra. Walaupun mereka ada di depan ku dan bahkan ketika kami menginap di villa Dika, dikawasan Batu. Di waktu malam aku hanya seorang diri di kamar sedangkan Dika dan Nita tampak asyik kayaknya bersama di kamar utama.

Awalnya sih aku merasa sakit hati tapi dengan berjalannya waktu kuanggap biasa aja.  Seringkali aku diperkenalkan Nita dengan teman-teman kelasnya yang secara fisik tidak kalah cantik dengan Nita, namun hati ini kayaknya masih belum menemukan pujaan hati yang cocok dan itu bagi ku baik-baik aja.

Akhirnya masa kami study pun sudah akan berakhir, aku dan Dika Wisuda di tahun yang sama sedangkan Nita tahun sebelumnya sudah menyelesaikan kuliahnya dan kini bekerja di salah satu Bank Swasta Terbesar di Indonesia.  Nampak anggun dan cantik saat aku melihat Nita menggunkan seragam Biru itu.

Aku langsung bekerja di salah satu perusahaan swasta di Surabaya dan Dika kembali ke Kalimantan. Walaupun terpisah hubungan kami masih tetap berlanjut baik lewat telpon atau sms.  Karena kesibukan , aku  jarang berkomunikasi dengan mereka tapi yang pasti setiap minggu aku selalu dapat informasi tentang kondisi mereka.

Tak terasa sudah berjalan 1 tahun berlalu, dan  beberapa bulan ini aku tidak pernah mendengar kabar dari sahabatku, semua email, sms dan telpon tidak pernah mendapatkan jawaban.

Kulihat kalender di hari sabtu berwarna merah, “Untunglah aku bisa mengunjungi Lawang neh, sekedar mencari kabar dan melepas rindu dengan Nita” pikir ku dan kupersiapkan perlengkapan untuk tinggal selama dua hari di Malang.

Aku tiba di rumah Nita, namun tampak sepi dan sedikit ada suasana suram aku rasakan di rumah itu tapi tetap kulangkahkan kaki ku menuju rumah itu. Tampak sosok perempuan setengah baya yang sudah tidak asing lagi bagiku. Dari raut mukanya tampak terpancar kesedihan walupun masih tetap terlihat guratan kecantikan dimasa mudanya.
“Mas Pe, apa kabar?  lama gak nongol tambah gemuk aja nih. Ayo silakan masuk” tuan rumah, menyambutku ramah. Beliau adalah tante Nina, ibunda  Nita.
“Sehat Tan, terima kasih. Ah tante bisa aja” jawabku merendah

Akupun masuk tidak canggung lagi, karena dirumah ini dulu juga pernah menjadi tempat main ku bersama Dika. Langsung aku hempaskan pantatku ke kursi tamu yang empuk dan selang berapa lama Tante Nina membawakan minuman dan sambil sedikit bercanda dengan ku..
“Tante, Nita ada di rumah?” tanyaku setelah ngonbrol ringan dengannya, dan kulihat perubahan ekspresi dari tante Nita.  Tanpa bicara apa-apa dia meninggalkan ku masuk ke dalam dan kembali keluar nampak ditangannya sesuatu dan langsung memberikannya kepada ku. Kuraih dan ku baca..

“Mas, kalo mau ketemu Nita ayo berangkat sama tante”  ajak tante membuyarkan lamunan ku.

Tak selang berapa lama sekitar 30 menit aku pun tiba ditempat yang tampak megah, dangan bangunan putihnya, namun tampak dingin. Dengan berdebar ku ikuti langkah Tante Nina.  Sesampainya di suatu ruangan, tante Nina menunjukan seseorang kepada ku dan aku tampak shock, aku terdiam….

Orang yang ditunjuk nampak langsung berlari menghampiri ku dan menangis sejadi-jadinya langsung memeluku dengan eratnya

“Pe, Dika Jahat… Dika Jahat… Dika Jahat” sambil menangis dipundak ku.

Melihat peristiwa ini semua petugas yang ada disana sempat heran, karena wanita ini sudah berbulan-bulan tidak pernah mau bersosialisasi dan ketika aku datang tampak terlihat perbedaannya.

Sejenak aku  tetap mematung,  lalu ku usap bahunya ku kecup keningnya dan kuperhatikan wajahnya.

“Bermimpikah aku ”  pikirku, Nita yang kukenal sangat berubah secara fisik, tubunya kurus rambutnya berantakan wajahnya  pucat walaupun masih tetap tersirat kecantikan alaminya.

Kami hanya berdiri, sudah lebih dari 30 menit kami tetap berdiri sambil berpelukan dan kulihat Nita tertidur lelapnya. Dan ini pun membuat semua orang terenyuh dan menangis begitu pun dengan aku, tanpa terasa bulir air mata keluar dari tepian mata ku.

Hmmm… aku yang keras bagai karang ternyata bisa menagis juga…

Ku angkat tubuhnya yang ringan dan kubawa ke  tempat tidurnya. Walaupun sebenarnya tidak pernah dipakai tidur olehnya, dan kubaringkan dengan lembut penuh kasih sayang tampak dia terbangun sejenak dan kuberikan senyuman manis untuknya.

“ Pe, Jangan pergi lagi”  bisiknya lirih.

“ Tidak sayang,aku di sini menunggumu” ucapku meyakinkannya dan Nita pun tampak tertidur kembali.

Kupeluk tante Nina untuk menguatkan hatinya, lalu  akupun pamit ke luar sejenak. Ku cari nomor telepon Dika dan langsung ku hubungi dia

“Brengsek.. loe Bro, Loe tau gak apa yang terjadi dengan Nita, tega banget loe kirim undangan pernikahan tanpa memberikan penjelasan dan status putus kepadanya” aku tampak emosi. Tapi akhirnya emosiku mencair  kamipun ngobrol seperti dulu lagi setelah  Dika meminta maaf dan menjelaskan  alasan-alasan kenapa dia meninggalkan Nita. Bagi ku persahabatan lebih penting dari pada akau terbawa emosi yang  akan membuat sahabat-sahabatku pergi.

Kutelepon atasan ku minta ijin untuk menghabiskan sisa cuti ku yang masih ada, dan kujelaskan juga masalah yang terjadi, dan  sedikit ancaman bahwa jika tidak diberikan ijin aku akan mengundurkan diri dari kantor.

Malam itu kuputuskan untuk kembali ke Surabaya, untuk mengambil barang-barang keperluan selama aku di Lawang. Di dalam bis Patas jurusan Malang – Surabaya bayangan gedung putih terlintas dibenak ku dan tampak jelas tulisan yang tertera di sana “RSJ SUMBER WARAS”, aku pun berdoa  semoga kau lekas sembuh dan aku akan tetap disini menunggu mu….

~Sekian~
SALAM ROMANTHIR SELALU

Special Thanks for Selsa atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengedit tulisan ini

3 komentar:

selsa lin mengatakan...

menyentuh sekali....
cerita yang bagus...sampai aku mengira ini kisah nyata....

WePe mengatakan...

Aku baca, tata bahasanya kacau tuh...
Tolong Bantuin editing dong..
Ntar Buta Sabtu Romanthir di Kompasiana hehehe

Selsa mengatakan...

hehehe... siplah

Posting Komentar