Sabtu, 15 Januari 2011

Cinta yang Kandas

Entah sudah berapa pucuk tissue aku gunakan mengusap air mataku, aku juga tak tahu sudah berapa lama aku menangis.  Kali ini aku ingin berlari jauh ke puncak gunung, mengadukan segala duka yang kini aku rasakan. Menyendiri di tengah kesunyian agar aku bisa bebas mengungkapkan kegundahan dan kesedihanku, itulah yang aku dambakan saat ini.
Ternyata aku tidak mampu menahan kesakitan yang harus aku terima dari retaknya hubungan kasihku dengan Rey. Walau keputusan itu semua dariku, tapi pada akhirnya aku harus meratapi kepergian sepotong hati dari hidupku. Rey telah mewarnai hari hariku dengan kasih sayang yang selama ini aku dambakan. Rey lah yang membuat aku bisa bangkit dari keterpurukan hidupku yang kelam. Rey… akankah kenangan indah kita kembali jadi pelangi di raut wajahku…?
Hubungan aku dengan Rey memang tidak seharusnya tercipta, Rey sudah mempunyai pendamping begitu pula aku. Bermula dari sering curhat tentang keadaan masing masing keluarga yang sepertinya sudah di ujung tanduk kehancuran, kami menjadi dekat satu sama lain. Dan siapa yang bisa menolak kehadiran cinta yang tiba tiba hinggap di hati?. Semula sudah aku coba menepis rasa yang tak seharusnya ini, namun aku tak mampu. Begitu pula Rey yang setiap hari selalu mengadu kalau dia tak bisa menghalau bayanganku yang setiap saat hadir di pelupuk matanya. Dan dengan kesadaran penuh bahwa hubungan ini terlarang, kami tetap melanggarnya atas nama cinta. Akhirnya kami menjalin hubungan percintaan walau jarak sangat jauh memisahkan.
Aku bagaikan seorang gadis muda yang baru mengenal cinta,
hari hariku kini penuh warna pelangi dengan kehadirannya.
Perhatian yang dia berikan padaku mampu menghipnotis seluruh perjalanan langkahku.
Aku serasa di bawa angan angan yang melambung ke negeri penuh bunga nan mewangi.
Kasihnya tercurah bak air gunung yang menyejukkan kalbu yang meranggas
Cintanya mengaliri setiap detak nadi, tanpa terhenti di tiap denyutnya
Rasanya memang tak cukup kata tuk jabarkan keindahan cinta kasih yang dia berikan padaku, hingga aku menjadi seorang yang benar di mabuk asmara. Bahagia, itu pasti, tapi kadang di hatiku terselip ketakutan yang juga sama besar kadarnya dengan rasa bahagiaku. Aku takut kehilangan bahagia ini, aku takut kehilangan kasihnya. Tapi kepedihan ini telah hadir di hadapku, menyelinap ke dalam hidupku dengan paksa. Dan aku harus menerima semua ini walau pualam cintaku berkeping keping.
Aku mencoba menerima semua Kehendak Nya ini dengan berbaik sangka pada Yang Kuasa, Aku mencoba menghibur diri dengan kesibukan di perbagai yayasan sosial, dengan harapan bisa mengalihkan kepedihan hidupku. Lambat laun aku mulai terbiasa hidup seperti dulu, seperti waktu sebelum mengenal Rey. Dan aku kembali pada kehidupan yang penuh percekcokan dengan suamiku. Aku pasrahkan pada takdirku saja. Walau tubuh dalam kelelahan, aku tidak mau istirahat dari kegiatan sosial, karena aku takut di waktu rehatku ini, aku akan kembali menangisi kehancuran cintaku pada Rey.
Hingga sore ini, sebuah pesan pendek dari Rey masuk ke hpku ” Hp nggak aktif ya, aku kangen sekali “. Hatiku bagai di sayat oleh jutaan pedang, sesaat setelah membaca pesannya. akhir akhir ini memang hp aku non aktifkan karena tak ingin membaca atau mendengar suara darinya. Dan setelah berhari hari, aku mengaktifkan lagi, dan ternyata Rey masih mengingatku juga.
“Ah Rey, tolonglah beri aku waktu agar aku bisa memaknai perpisahan kita, agar aku bisa hidup tanpa keinginan sesaat yang juga melukai banyak hati, biarlah aku dan kau saja yang terluka, jangan kita menambah daftar untuk kelukaan ini,” jeritku dalam hati.
Aku beranikan diri membalas pesannya ” Rey, aku tahu kau merinduku,dan jangan tanya tentang kerinduanku padamu, kau telah tahu itu. Tapi perpisahan kita sudah jadi kesepakatan bersama bukan..? Kita sadar bahwa hubungan kita tak bisa diterusakan lagi. Berilah aku waktu tuk mencoba menerima perpisahan kita, salamku”
Dalam beberapa menit ada pesan lagi dari Rey, karena dia telah mencoba menelepon tapi tidak aku jawab ” sayang, kenapa kita tidak memperjuangkan cinta kita, jujur aku tak bisa hidup tanpa cintamu. Kau adalah mata yang menuntunku menapaki sisa perjalananku sayang, datanglah padaku”
Aku semakin tak tahan membaca jeritan pilu hatinya, aku jawab lagi ” Rey, itu sudah tak mungkin, bukankah sudah kita bicarakan semuanya sebulan yang lalu. Biarlah kita kini berjalan sendiri2, biarkan mentari berlaku sesuai qadarnya, biarkan bulan dan bintang hanya hadir di kelam malam , dan biarkan embun menyejukkan penghuni bumi hanya di kepagian, kita tak bisa merubah yang sudah jadi Ketentuan NYA. kalaupun kita berjodoh, biarkan waktu yang beri jawabnya.” Setelah ada laporan bahwa pesan telah terkirim, aku mematikan hp kembali. Lalu aku beranjak pergi, untuk membeli satu no baru lagi untuk mengganti no hp ini. Biarlah akan aku kubur kenangan indah ini, akan aku tempatkan di taman elok lubuk terdalam. Kan kututup episode pendek dalam hidupku ini. Biarlah semua berlalu, dan aku akan mencoba mencari kebahagiaan dengan mengenang kembali kisahku bersama Rey.Oh Rey… andai kau tahu…. bayanganmu selalu menyusup di pori pori kulitku, bagaimana bisa aku melupakanmu……….
< kerinduan pada namamu , sindoro 15 nov 2010>

0 komentar:

Posting Komentar