
Kisah sebelumnya : [Fiktor] Peluru Terakhir by Elang Langit
——————————————————————————
“Dorrr”
Lelaki itu ambruk bersimbah
darah, perempuan bergaun pengantin terlihat menangis bersimpuh disamping
lelaki itu, tenda biru yang seharusnya menjadi saksi kebahagiaan mereka
berubah menjadi kesedihan
#
Putih…
Matanya perlahan-lahan terbuka, nampak sekelilingnya terlihat berwarna putih dan terlihat seseorang menggunakan jubah putih.
“Apakah anda Tuhan? Apakah saya sedang berada di Surga?” lirih suara keluar dari mulut lelaki itu
“Saya bukan Tuhan, dan ini bukan
Surga. Saya dr. Posma mas WePe” sosok berjubah putih itu menjawab dan
menjelaskan pertanyaan lelaki itu dan sekaligus mengingkatkan bahawa
lelaki itu adalah Wepe
Terbayang kejadian terakhir yang
diingatnya, terasa benda panas yang menembus tubuhnya dan secara reflek
langsung memasukan tanganya ke dalam selimut yang menutupi bagian perut
ke bawah.
“Syukurlah mas, peluru itu lebih
5 menit dari barang berharganya mas Wepe” dr. Posma menangkap maksud
dari gerakan reflex tangan Wepe
“Yeee…. dokter, siapa lagi yang
sedang memeriksa barang gue? Gue Cuma gatel doang, pada bekas luka
tembakan ini, dokter lebay deh” mendengar ucapan ini muka dr. Posma
terlihat merah
“Gue udah tau siapa yang nembak,
Andee itu gak pernah berhasil kalo soal urusan tembak-menembak,
jangankan menembak dengan senjata api, nembak cewek aja gagal melulu”
(wkkkkkkkk…. Ndee, belajar kencing lurus dulu, baru ente boleh nembak
wkkkkkkkkkk).
Pintu kamar rumah sakit pun terbuka, dan masuklah perempuan cantik dengan senyum bahagia meskipun raut wajahnya tertlihat sangat kecapaian langsung menghampiri dan memeluk lelaki itu penuh rasa syukur dan menangis bahagia.
“Mas Wepe, tyas sangat cemas
atas kejadiaan yang menimpa mas WePe” keluar dari bibir mungil dan ranum
milik tyas dan kejadian ini tak disiasiakan oleh WePe yang langsung
mengecup bibir tersebut (wkkkkkkkk…. Yang baca gak boleh protes….
Wkkkkkkkk)
“Makasih sayang, kamu telah
mengkhawatirkan diriku” ucap wepe lembut diantara kecupan-kecupan yang
dilayangkan dibibir tyas lagi (wkkkkkkk…. Asyeeekkk… Dua kali…
wkkkkkkkk)
“Ye, Siapa yang mengkhawatirkan
mas WePe, Tyas cuma khawatir aja kalo tembakan itu mengenai adeknya mas
Wepe, Tyas pasti sangat kehilangan” dengan senyum manjanya menggoda WePe
(wkkkkkkkk… sialan… ternyata adek gue lebih dikhawatirkan dari pada
nyawa gue…. Wkkkkkkkkk)
Tiga bulan berlalu…. Disebuah kamar…
“Enak mas, Enak mas, Ayo lagi
dong, gede enak kek gini bikin ketagihan mas, Pleasee… ” suara tyas
merengek-rengek seperti anak kecil meminta mainan membuat Wepe tak kuasa
untuk memberinya sekali lagi.
“Janji ini yang terakhir untuk
hari ini ya” wepe akhirnya membuka lagi satu bungkus Ice Cream Magnum ke
sukaan Tyas (wkkkkkkkk… sompreettttt… ternyata Ice cream toh…. Padahal
udah Piktor neh ngebaca…. Wkkkkkkkkk)
“Crootttt… Crootttt… Crootttt” hape Wepe berbunyi..
“Siang Komandan, update
informasi Ndan. Sersan Elang pernah terlihat di Taman Lawang sedang
bertransaksi dengan seseorang, dan dari cirri-ciri fisik 100% akurat”
suara dari seberang saluran mengabarkan informasi inteligen
“Yakin kamu informasi, ini akurat?” Wepe memastikan kembali informasi yang didapat
“100 % akurat, Ndan. Untuk lebih
pastinya Komandan dapat mendatangi lokasi dan saya sarankan untuk
menyamar menggunakan busana perempuan Ndan” suara dari seberang saluran
mengasih ide untuk pembuktian.
Setelah detail membahas,
strategi penjebakan akhirnya Wepe memutuskan untuk datang membuktikan
sendiri kebenarnya dan ditetapkan jam 21.00 adalah waktu operasi
*
“Hi, Cewek…. Anak baru ya? Ayo
mojok sama abang? (sambil melihat jam di tangan, cukuplah 15 menit untuk
mojok) pikir lelaki penyuka lelaki perkasa itu
“Kamprettt… Loe Nthell… Ini gue Wepe” Wepe yang melakukan penyamaran menjadi seorang benchies
“Siap komandan, Maaf Ndan saya
pangling, saya pikir komandan anak baru disini” Bain “Onthel” Saptaman
terlihat gelagapan, mengetahui bahwa yang dia goda adalah komandannya
(wkkkkkkk…. Kena deh… ketahuan kalo Onthel juga suka benchies wkkkkkkkkk)
“Dimana Elang, yang loe maksud?” tanya wepe dengan penasaran
“Disana Ndan (sambil menunjuk)
dengan dua cewek yang lagi berdiri dibawah pohon kamboja” Bain
menjelaskan (wkkkkkkk… mau tau seleraya elang, lihat photo dibawa ini…
wkkkkkkkk)


Udah dulu ah… capek nulisnya….
Mau tahu kisah selanjutnya? Tunggu sambungannya…. wkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
0 komentar:
Posting Komentar